Alkisah Biding Laut alias Ratu Kidul

“Legenda asal usul Kanjeng Ratu Kidul berasal dari Tanah Batak ini tidak lepas dari kisah Raja-raja Batak,”

Dikisahkan, perjalanan etnis Batak dimulai dari seorang raja yang mempunyai dua orang putra. Putra sulung diberi nama Guru Tatea Bulan dan kedua diberi nama Raja Isumbaon.

Putra sulungnya, yakni Guru Tatea Bulan memiliki 11 anak (5 putera dan 6 puteri). Kelima putera bernama: Raja Uti, Saribu Raja, Limbong Mulana, Sagala Raja dan Lau Raja. Sedangkan keenam puteri bernama: Biding Laut, Siboru Pareme, Paronnas, Nan Tinjo, Bulan dan Si Bunga Pandan.

Putri tertua yakni Biding Laut memiliki kecantikan melebihi adik perempuan lainnya. Dia juga memiliki watak yang ramah dan santun kepada orangtuanya. Karena itu, Biding Laut tergolong anak yang paling disayangi kedua orangtuanya.

Namun, kedekatan orangtua terhadap Biding Laut ini menimbulkan kecemburuan saudara-saudaranya yang lain. Mereka lalu bersepakat untuk menyingkirkan Biding Laut.

Suatu ketika, saudara-saudaranya menghadap ayahnya untuk mengajak Biding Laut jalan-jalan ke tepi pantai Sibolga. Permintaan itu sebenarnya ditolak Guru Tatea Bulan, mengingat Biding Laut adalah puteri kesayangannya. Tapi saudara-saudaranya itu mendesak terus keinginannya, sehingga sang ayah pun akhirnya tidak dapat menolaknya.

Pada suatu hari, Biding Laut diajak saudara-saudaranya berjalan-jalan ke daerah Sibolga. Dari tepi pantai Sibolga, mereka lalu menggunakan 2 buah perahu menuju ke sebuah pulau kecil bernama Pulau Marsala, dekat Pulau Nias.

Tiba di Pulau Marsala, mereka berjalan-jalan sambil menikmati keindahan pulau yang tidak berpenghuni tersebut. Sampai saat itu, Biding Laut tidak mengetahui niat tersembunyi saudara-saudaranya yang hendak mencelakakannya. Biding Laut hanya mengikuti saja kemauan saudara-saudaranya berjalan semakin menjauh dari pantai.

Menjelang tengah hari, Biding Laut merasa lelah hingga dia pun beristirahat dan tertidur. Dia sama sekali tidak menduga ketika dirinya sedang lengah, kesempatan itu lalu dimanfaatkan saudara-saudaranya meninggalkan Biding laut sendirian di pulau itu.

Di pantai, saudara-saudara Biding Laut sudah siap menggunakan 2 buah perahu untuk kembali ke Sibolga. Tetapi salah seorang saudaranya mengusulkan agar sebuah perahu ditinggalkan saja. Dia khawatir kalau kedua perahu itu tiba di Sibolga akan menimbulkan kecurigaan. Lebih baik satu saja yang dibawa, sehingga apabila ada yang menanyakan dikatakan sebuah perahunya tenggelam dengan memakan korban Biding Laut.

Tapi apa yang direncanakan saudara-saudaranya itu bukanlah menjadi kenyataan, karena takdir menentukan lain.

BIDING LAUT DI TANAH JAWA

Ketika terbangun dari tidurnya, Biding Laut terkejut mendapati dirinya sendirian di Pulau Marsala. Dia pun berlari menuju pantai mencoba menemui saudara-saudaranya. Tetapi tidak ada yang dilihatnya, kecuali sebuah perahu.

Biding laut tidak mengerti mengapa dirinya ditinggalkan seorang diri. Tetapi dia pun tidak berpikiran saudara-saudaranya berusaha mencelakakannya. Tanpa pikir panjang, dia langsung menaiki perahu itu dan mengayuhnya menuju pantai Sibolga.

Tetapi ombak besar tidak pernah membawa Biding Laut ke tanah kelahirannya. Selama beberapa hari perahunya terombang-ombang di pantai barat Sumatera. Entah sudah berapa kali dia pingsan karena kelaparan dan udara terik. Penderitaannya berakhir ketika perahunya terdampar di Tanah Jawa, sekitar daerah Banten.

Seorang nelayan yang kebetulan melihatnya kemudian menolong Biding Laut. Di rumah barunya itu, Biding Laut mendapat perawatan yang baik. Biding Laut merasa bahagia berada bersama keluarga barunya itu. Dia mendapat perlakuan yang sewajarnya. Dalam sekejap, keberadaannya di desa itu menjadi buah bibir masyarakat, terutama karena pesona kecantikannya.

Dikisahkan, pada suatu ketika daerah itu kedatangan seorang raja dari wilayah Jawa Timur. Ketika sedang beristirahat dalam perjalanannya, lewatlah seorang gadis cantik yang sangat jelita bak bidadari dari kayangan dan menarik perhatian Sang Raja. Karena tertariknya, Sang Raja mencari tahu sosok jelita itu yang ternyata Biding Laut. Terpesona kecantikan Biding Laut, sang raja pun meminangnya.

Biding Laut tidak menolak menolak pinangan itu, hingga keduanya pun menikah. Selanjutnya Biding Laut dibawanya serta ke sebuah kerajaan di Jawa Timur.

TENGGELAM DI LAUT SELATAN

Biding Laut hidup berbahagia bersama suaminya yang menjadi raja. Tetapi kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Terjadi intrik di dalam istana yang menuduh Biding Laut berselingkuh dengan pegawai kerajaan. Hukum kerajaan pun ditetapkan, Biding Laut harus dihukum mati.

Keadaan ini menimbulkan kegalauan Sang Raja. Dia tidak ingin isteri yang sangat dicintainya itu di hukum mati, sementara hukum harus ditegakkan. Dalam situasi ini, dia lalu mengatur siasat untuk mengirim kembali Biding Laut ke Banten melalui lautan.

Menggunakan perahu, Biding Laut dan beberapa pengawal raja berangkat menuju Banten. Mereka menyusuri Samudera Hindia atau yang dikenal dengan Laut Selatan.

Namun malang nasib mereka. Dalam perjalanan itu, perahu mereka tenggelam diterjang badai. Biding Laut dan beberapa pengawalnya tenggelam di Laut Selatan.

Demikianlah sekelumit legenda Biding Laut yang dipercaya sebagai sosok asli Kanjeng Ratu Kidul.

“Dalam legenda raja-raja Batak, sosok Biding Laut memang masih misterius keberadaannya, Sedangkan anak-anak Guru Tatea Bulan yang lain tercantum dalam legenda,” kata Silalahi dengan mimik serius.

RITUAL PEMANGGILAN KANJENG RATU KIDUL

Untuk membuktikan keberadaan sosok legenda Biding Laut yang dipercaya sebagai Kanjeng Ratu Kidul, Misteri bersama 8 orang rekan yang semuanya bersuku Batak sengaja datang ke Pelabuhan Ratu untuk melakukan ritual pemanggilan roh Kanjeng Ratu Kidul.

Lokasi pertama adalah makam Guru Kunci Batu Kendit Abah Empar. Lokasi ini cukup dikenal masyarakat, terutama yang hendak melakukan ritual pemanggilan Kanjeng Ratu Kidul. Konon, di tempat ini Kanjeng Ratu Kidul memang biasa muncul.

Sebelum melakukan ritual, sebagaimana biasanya beberapa ubo rampe telah disiapkan, diantaranya: jeruk, jeruk purut, apel, daun sirih, pisang raja, anggur, minyak jin, kembang sepatu, tepung beras, kelapa dan gula (itaguruguru-bahasa Batak).

Sekitar pukul 22.30 malam, dimulailah acara ritual pemanggilan roh Kanjeng Ratu Kidul. Ketika itu, Silalahi dan Boru Tumorang tampak membaca mantera-mantera. Beberapa saat kemudian, Silalahi mulai menampakkan perubahan ekspresi wajah. Sosok gaib yang dipanggil tampaknya telah merasuk ke dalam raganya. Belakangan Misteri mengetahui, sosok gaib itu adalah roh Raja Batak.

Sementara dalam waktu hampir bersamaan, Boru Tumorang pun memperlihatkan ekspresi kesurupan. Tiba-tiba tubuhnya tersungkur lalu merangkak bergeser posisi. Setelah itu, dia kembali duduk dengan wajah tertunduk dan mata terpejam. Roh Kanjeng Ratu Kidul telah merasuk ke dalam raga wanita asal Samosir ini.

Terjadilah dialog dalam bahasa Batak antara Silalahi (yang sudah kemasukan roh Raja Batak) dengan Boru Tumorang dan beberapa orang yang hadir. Sepanjang dialog itu, ekspresi wajah Boru Tumorang berubah-ubah. Terkadang tersenyum, tertawa, menangis dan melantunkan lagu berisi sejumlah nasehat.

Kalimat pertama yang diucapkan Kanjeng Ratu Kidul adalah

”Kenapa baru sekarang kalian datang untuk menemui saya? Padahal saya sudah lama berada di sini,”ujar Kanjeng Ratu Kidul melalui bibir Boru Tumorang.

Ketika salah seorang yang hadir bertanya tentang Biding Laut, seketika Kanjeng Ratu Kidul menukas,” Ya, sayalah Biding Laut. Terserah apakah kalian akan percaya atau tidak.”

Selanjutnya dialog meluncur begitu saja. Beberapa dialog yang Misteri catat diantaranya saat Boru Tumorang menangis sambil berkata:

“Boasa gudang hamo nalupa tuauito (kenapa kalian sudah lupa sama saya)?” ujar Kanjeng Ratu Kidul melalui bibir Boru Tumorang. “Ahado sisukunonmuna (Apa yang kalian mau pertanyakan)?” lanjut Kanjeng Ratu Kidul.

“Hamirotuson nanboru namagido tangiansiangho (Kami datang kesini untuk minta doa dari Nyai),” jawab salah seorang yang hadir.

“Asadikontuhata pasupasu dohut rajohi (Biar diberikan Tuhan berkat kepada kami),” kata yang lain.

Tampak Boru Tumorang menggoyang-goyangkan tubuhnya. Kepalanya seperti digelengkan, terkadang mengangguk-angguk. Sesaat kemudian dia berkata,

“Posmaruham, paubahamuma pangalaho rohamuna (Percayalah. Asalkan kalian berubah sikap dan tingkah laku menjadi lebih baik, itu pasti akan terjadi).”

Selanjutnya dia berkata lagi,”Asarat martonggo mahita tuoputa (Marilah kita bersama-sama berdoa kepada Tuhan).”

“Molonang muba rohamu nalaroma balainna he he mamuse kuti tuinjang (Kalau tidak berubah sikap dengan baik akan muncul bencana lagi-tsunami)”

“Dangdiadia dope namasae naosolpu nalaroma muse naung gogosiani (Belum seberapa bencana yang sudah lalu. Lebih dahsyat bencana yang akan datang lagi. Kalau kalian tidak percaya kepada Tuhan).”

Nasehat Kanjeng Ratu Kidul itu tampaknya ditujukan ke semua orang. Sedangkan kepada anak keturunannya dari suku Batak, Kanjeng Ratu Kidul berkata,

”Posmarohamu amang paboanhudoi tuhamu pomparanhu dibagasan parnipion (Percayalah. Semua keturunanku akan saya beritahukan lewat mimpi masing-masing).”

“Posmaroham amang patureon hudo sube popparamme (Percayalah, akan saya bantu dan saya tolong semua keturunannmu ini).

Kanjeng Ratu Kidul juga berpesan kepada semua manusia agar tidak membeda-bedakan suku,

”Pabohamu tumanisiae asa unang mambedahon popparanhisude (Beritahu kepada semua manusia supaya tidak membedakan suku).”

Dialog dengan roh Kanjeng Ratu Kidul itu berlangsung sekitar setengah jam. Isi dialog sarat dengan nasehat kepada manusia agar selalu berbuat kebajikan.

Namun yang pasti, dalam dialog itu juga Kanjeng Ratu Kidul menceritakan sosok asal usul dirinya dan nama aslinya.

Upaya penelusuran ini membuka wacana baru seputar asal usul Kanjeng Ratu Kidul. Acara ritual ini pun tidak dimaksudkan untuk membenarkan satu fihak. Sebagaimana dikatakan Silalahi,

“Kami tidak bermaksud mengklaim kebenaran pendapat kami,”ujar Silalahi sambil tersenyum. “Tetapi kami hanya mencoba mengangkat kembali sebuah isu yang sudah lama berkembang di daerah kami. Kebenarannya boleh saja diperdebatkan,” lanjutnya.

Benar apa yang dikatakannya. Sosok gaib Kanjeng Ratu Kidul memang layak diperdebatkan. Keberadaan maupun asal usulnya bisa darimanapun juga. Tetapi yang pasti, nasehat-nasehat Kanjeng Ratu Kidul yang diucapkan melalui medium yang keserupan, seringkali mengingatkan kita untuk selalu percaya kepada Tuhan.