Archive for April, 2011

Beberapa analisa tentang Gunung Toba dan Danau Toba (3)

Asal Usul Danau Toba Sesungguhnya


Danau toba sesungguhnya berasal dari sebuah letusan gunung berapi raksasa (supervolcano) yang terjadi 73 ribu tahun lalu. Letusan Toba ini adalah yang ketiga, dua letusan sebelumnya sudah pernah terjadi dalam jangka waktu 1 juta tahun. Letusan Toba yang menciptakan danau Toba sekarang diperkirakan memiliki indeks Ledakan Vulkanis 8 (Mega Kolosal) sedemikian hingga membentuk kompleks kawah berukuran 3 ribu km persegi. Volume erupsi diperkirakan antara 2 ribu hingga 3 ribu km kubik magma dan 800 km kubiknya terendapkan sebagai abu vulkanis.

Ukuranledakannya adalah dua kali letusan gunung Tambora tahun 1815. Letusan gunung Tambora saat itu saja sudah cukup menghasilkan “Tahun Tanpa Musim Panas” di belahan bumi utara.
Menurut Alan Robock, letusan Toba tidak memicu zaman es. Penelitiannya yang menganalisa emisi 6 miliar ton sulf ur dioksida dalam simulasinya menunjukkan pendinginan global maksimum sekitar 15 °C, tiga tahun setelah letusan. Ini berarti garis pepohonan dan salju sekitar 3000 meter lebih rendah dari sekarang. Dalam beberapa dekade, iklim kembali pulih.

Walau ada banyak perbedaan pendapat dan metode, para ilmuan setuju kalau letusan super Toba mengakibatkan lapisan hujan abu yang sangat tebal dan masuknya gas-gas beracun ke atmof er, sehingga mempengaruhi iklim dunia masa itu. Beberapa menduga peristiwa ini memicu zaman es 1000 tahun yang terjadi kemudian.
Menceritakan Asal Usul Danau Toba sesungguhnya pada Anak-anak Sains sekarang telah cukup maju untuk mengetahui asal usul danau Toba yang sesungguhnya. Dan
cerita asal usul ini ternyata jauh lebih mengagumkan, jauh lebih mengesankan dari sekedar dongeng. Kenapa mengajarkan dongeng sementara sains telah memberikan penjelasan yang lebih spektakuler lagi mengenai asal usul Danau Toba? Tampaknya sebagian besar dari kita masih belum tahu tentang asal usul Danau Toba. Dan kalaupun tahu, masih tidak tahu cara mengkomunikasikan fakta ilmiah ini pada anak-anak. Berikut kami tawarkan sebuah cerita anak yang lebih spektakuler,berdasarkan fakta sesungguhnya, mengenai asal usul danau Toba.

Di Zaman Dahulu kala, Ada seorang pemburu yang tinggal di sebuah padang rumput. Ia adalah leluhur kita. Pekerjaannya sehari-hari adalah memburu hewan paginya, kembali ke tempat berkumpul bersama keluarganya di waktu petang. Matahari baru terbenam kala itu. Sang pemburu asyik bermain dengan istri dan anak-anaknya.
Anggota kelompok lain sedang menyalakan api. Tiba-tiba mereka dikejutkan oleh suara gemuruh dari langit.

Di waktu tengah malam, ada sesuatu yang muncul dari langit. Terjadi hujan yang aneh. Hujan abu. Sang pemburu dan kelompoknya harus segera meninggalkan tempat tersebut dan mencari tempat baru. Abu terus mengguyur. Pemburu dan keluarganya berusaha ke barat, menjauh dari asal abu. Setelah setahun mereka berjalan ke barat, mereka bertemu dengan hutan rimba dan pegunungan sangat tinggi. Daerah ini ganas. Walaupun banyak hewan buruan, tapi lebih sering para pemburulah yang dimakan oleh hewan. Kepala suku memutuskan agar kelompok pergi ke utara dan menghindari hutan lebat di barat. Maka berangkatlah para pemburu yang tersisa ke arah utara. Di utara mereka menemukan banyak sumber makanan, walaupun cuaca saat itu sangat dingin. Hewan hewan yang tidak mampu bertahan di cuaca dingin mudah diburu dan karenanya dapat menjamin kelangsungan kelompok.

Pada akhirnya para leluhur sampai di sebuah selat. Di seberang selat ada daratan. Walaupun sama saja dengan di sini, tapi mungkin ada hal baru di sana. Hewan-hewan di sini semakin langka dan iklim semakin kering. Maka para leluhur membuat sampan untuk menyeberangi selat. Di seberang selat adalah daerah yang ternyata tidak lebih baik dari daerah asal para leluhur. Disini kering, pasir dan abu dimana-mana. Para leluhur harus berjalan terus di tepi pantai agar tidak terjebak di tengah gurun. Mereka terus berjalan dan berjalan.

Pada akhirnya mereka tiba di sebuah dunia yang aneh. Dunia abu-abu, segalanya penuh tertutup abu. Tampaknya lebih baik disini daripada di dunia pasir. Lewat musyawarah, akhirnya leluhur memutuskan untuk masuk ke dunia abu.
Di dunia abu ini, mereka bertemu dengan penduduk asli. Mereka sama dengan leluhur. Ternyata mereka adalah kelompok lain yang telah lebih dulu sampai di sini. Mereka bercengkerama dan berbagi cerita. Mereka juga berbagi trik dan cara bertahan hidup. Setiap anggota kelompok tahu cara membuat api karena disini malam dan siang hampir sama gelapnya. Dan tanpa api mereka dapat tersesat di hutan.
Seiring berjalannya waktu, debu tidak lagi turun. Matahari mulai jelas terlihat. Para leluhur memutuskan untuk tidak tinggal di dunia abu-abu yang sekarang mulai hijau. Mereka berencana mencari tempat baru di timur. Mereka kembali bertualang. Jumlah leluhur sudah sangat banyak, hanya beberapa orang saja yang meneruskan perjalanan. Mereka adalah para pemberani yang gemar bertualang. Mereka menembus hutan belantara dan mendaki gunung yang tinggi. Mereka bertemu banyak sekali hal-hal menakjubkan. Dari permata hingga hewan unik. Semua halangan berhasil dilalui, hingga sang leluhur akhirnya tiba di sebuah selat.
Para leluhur memutuskan untuk menyeberang selat itu dan tiba di tanah Sumatera. Mereka berjalan terus ke pedalaman dan akhirnya tiba di sebuah Danau. Danau Toba yang besar dan berasap.
Mereka memandang pada keluasan danau yang luar biasa. Membentang dengan indahnya. Leluhur yang paling pintar melihat adanya semburan abu kecil di pinggiran danau. Ia tersadar kalau inilah sumber gemuruh raksasa yang pernah leluhur mereka dengar dahulu. Inilah penyebab kenapa leluhur mulai mengungsi di masa lalu. Inilah penyebab keberadaan kita disini. Ini Danau Toba.
Para leluhur merasa telah tiba pada tujuannya. Merekapun tinggal di sekitar Danau Toba. Waktu berlalu dan leluhur terus beranak pinak. Merekalah leluhur suku Batak. Suku Batak lahir di sini, tak berapa lama setelah lahirnya Danau Toba. Bisa dikatakan kalau Batak dan Toba adalah saudara.
Danau Toba lahir dan mengundang leluhur untuk menemaninya. Ya, gemuruh itu adalah tanda kelahiran Danau Toba. Ia berasal dari Letusan Gunung Api raksasa yang melontarkan abu-abunya ke angkasa. Itulah asal usul Danau Toba.

Perbandingan letusan toba dengan letusan supervolcano lainnya


Apa sebenarnya yang Kita Ajarkan?
Banyak yang kita ajarkan lewat dongeng di atas ketimbang sekedar masalah hidup sederhana, kutukan, keajaiban, keserakahan dan kesetiaan. Kita bicara tentang bagaimana danau Toba mengubah sejarah evolusi manusia. Itu sebuah keterkaitan besar antara danau Toba dengan seluruh umat manusia.
Kisah di atas adalah ringkasan singkat mengenai migrasi manusia selama puluhan ribu tahun yang dipicu oleh letusan Toba. Peristiwa letusan Toba adalah bencana kiamat bagi leluhur umat manusia kala itu. Dari simulasi komputer, diperkirakan suhu global turun sekitar 10 derajat Celsius setelah letusan. Akibatnya dalam sepuluh tahun terjadi musim dingin vulkanis di Bumi.
Letusan Toba memberi begitu banyak abu di atmosf er. Sinar matahari tertutup dan uap air terserap ke dalamnya. Dengan kata lain, musim dingin yang terjadi bersif at kering. Pepohonan berkurang drastis, begitu juga padang rumput dan membuat punah banyak mamalia dan hampir menamatkan riwayat evolusi manusia.

Beberapa analisa tentang Gunung Toba dan Danau Toba (2)

pendapat lainnya;

Diperkirakan Danau Toba terjadi saat ledakan sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu dan merupakan letusan supervolcano (gunung berapi super) yang paling baru. Bill Rose dan Craig Chesner dari Michigan Technological University memperkirakan bahwa bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkan gunung itu sebanyak 2.800 km³, dengan 800 km³ batuan ignimbrit dan 2.000 km³ abu vulkanik yang diperkirakan tertiup angin ke barat selama 2 minggu. Debu vulkanik yang ditiup angina telah menyebar ke separuh bumi, dari Cina sampai ke Af rika Selatan. Letusannya terjadi selama 1 minggu dan lontaran debunya mencapai 10 km di atas permukaan laut.
Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan pada beberapa spesies juga diikuti kepunahan.

Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu, yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para ahli masih memperdebatkannya.

Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir.

Tim peneliti multidisiplin internasional, yang dipimpin oleh Dr. Michael Petraglia, mengungkapkan dalam suatu konf erensi pers di Oxf ord, Amerika Serikat bahwa telah ditemukan situs arkeologi baru yang cukup spektakuler oleh para ahli geologi di selatan dan utara India. Di situs itu terungkap bagaimana orang bertahan hidup, sebelum dan sesudah letusan gunung berapi (supervolcano) Toba pada 74.000 tahun yang lalu, dan bukti tentang adanya kehidupan di bawah timbunan abu Gunung Toba. Padahal sumber letusan berjarak 3.000 mil, dari sebaran abunya.

Selama tujuh tahun, para ahli dari oxf ord University tersebut meneliti projek ekosistem di India, untuk mencari bukti adanya kehidupan dan peralatan hidup yang mereka tinggalkan di padang yang gundul. Daerah dengan luas ribuan hektare ini ternyata hanya sabana (padang rumput). Sementara tulang belulang hewan berserakan. Tim menyimpulkan, daerah yang cukup luas ini ternyata ditutupi debu dari letusan gunung berapi purba.

Penyebaran debu gunung berapi itu sangat luas, ditemukan hampir di seluruh dunia. Berasal dari sebuah erupsi supervolcano purba, yaitu Gunung Toba. Dugaan mengarah ke Gunung Toba, karena ditemukan bukti bentuk molekul debu vulkanik yang sama di 2100 titik. Sejak kaldera kawah yang kini jadi danau Toba di Indonesia, hingga 3000 mil, dari sumber letusan. Bahkan yang cukup mengejutkan, ternyata penyebaran debu itu sampai terekam hingga Kutub Utara. Hal ini mengingatkan para ahli, betapa dahsyatnya letusan super gunung berapi Toba kala itu. Bukti-bukti
yang ditemukan, memperkuat dugaan, bahwa kekuatan letusan dan gelombang lautnya sempat memusnahkan kehidupan di Atlantis.

Referensi
Jorge A. Vazquez dan Mary R. Reid. Probing the Accumulation History of the Voluminous Toba Magma.
Science #305, 13 Agustus 2004, hlm. 991-994.
Dedi Riskomar., Letusan Gunung Toba Terdahsyat di Dunia , Harian Umum Pikiran Rakyat, 1April 2010, hlm. 30.

Beberapa analisa tentang Gunung Toba dan Danau Toba (1)

Asal Usul Danau Toba Sesungguhnya

Gunung Toba

Gunung Toba adalah gunung api raksasa yaitu gunung aktif dalam kategori sangat besar,diperkirakan meletus terakhir sekitar 74.000 tahun lalu menyisakan sebuah danau yaitu Danau Toba, Sumatera Utara, Indonesia sebagai kaldera terbesar di dunia.
Bukti ilmiah Pada tahun 1939, geolog Belanda Van Bemmelen melaporkan, Danau Toba, yang panjangnya 100 kilometer dan lebarnya 30 kilometer, dikelilingi oleh batu apung peninggalan dari letusan gunung.

Karena itu, Van Bemmelen menyimpulkan, Toba adalah sebuah gunung berapi. Belakangan,beberapa peneliti lain menemukan debu riolit (rhyolite) yang seusia dengan batuan Toba di Malaysia, bahkan juga sejauh 3.000 kilometer ke utara hingga India Tengah.

Beberapa ahli kelautan pun melaporkan telah menemukan jejak-jejak batuan Toba di Samudra Hindia dan Teluk Benggala. Para peneliti awal, Van Bemmelen juga Aldiss dan Ghazali (1984) telah menduga Toba tercipta lewat sebuah letusan mahadahsyat. Namun peneliti lain, Vestappen (1961), Yokoyama dan Hehanusa (1981), serta Nishimura (1984), menduga kaldera itu tercipta lewat beberapa kali letusan. Peneliti lebih baru, Knight dan sejawatnya (1986) serta Chesner dan Rose (1991), memberikan perkiraan lebih detail: kaldera Toba tercipta lewat tiga letusan raksasa.

Penelitian seputar Toba belum berakhir hingga kini. Jadi, masih banyak misteri di balik raksasa yang sedang tidur itu. Salah satu peneliti Toba angkatan terbaru itu adalah Fauzi dari Indonesia, seismolog pada Badan Meteorologi dan Geofisika. Sarjana f isika dari Universitas Indonesia lulusan 1985 ini berhasil meraih gelar doktor dari Renssealer Polytechnic Institute, New York, pada 1998,untuk penelitiannya mengenai Toba.
Berada di tiga lempeng tektonik Letak Gunung Toba (kini: Danau Toba), di Indonesia memang rawan bencana. Hal ini terkait dengan posisi Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng tektonik, yakni Eurasia, Indo-Australia dan Lempeng Pasif ik. Sebanyak 80% dari wilayah Indonesia, terletak di lempeng Eurasia, yang
meliputi Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Banda.
Lempeng benua ini hidup, setiap tahunnya mereka bergeser atau menumbuk lempeng lainnya dengan jarak tertentu. Lempeng Eurasia yang merupakan lempeng benua selalu jadi sasaran. Lempeng Indo-Australia misalnya menumbuk lempeng Eurasia sejauh 7 cm per tahun. Atau Lempeng Pasif ik yang bergeser secara relatif terhadap lempeng Eurasia sejauh 11 cm per tahun. Dari pergeseran itu, muncullah rangkaian gunung, termasuk gunung berapi Toba.
Jika ada tumbukan, lempeng lautan yang mengandung lapisan sedimen menyusup di bawahnya lempeng benua. Proses ini lantas dinamakan subduksi atau penyusupan.
Gunung hasil subduksi, salah satunya Gunung Toba. Meski sekarang tak lagi berbentuk gunung, sisa-sisa kedasahyatan letusannya masih tampak hingga saat ini. Danau Toba merupakan kaldera yang terbentuk akibat meletusnya Gunung Toba sekitar tiga kali yang pertama 840 juta tahun lalu dan yang terakhir 74.000 tahun lalu. Bagian yang terlempar akibat letusan itu mencapai luas 100 km x 30 km persegi. Daerah yang tersisa kemudian membentuk kaldera. Di tengahnya kemudian muncul
Pulau Samosir.


Letusan
Sebelumnya Gunung Toba pernah meletus tiga kali.
Letusan pertama terjadi sekitar 840 juta tahun lalu. Letusan ini menghasilkan kaldera di selatan Danau Toba, meliputi daerah Prapat dan Porsea.

Letusan kedua yang memiliki kekuatan lebih kecil, terjadi 500 juta tahun lalu. Letusan ini membentuk kaldera di utara Danau Toba. Tepatnya di daerah antara Silalahi dengan Haranggaol. Dari dua letusan ini, letusan ketigalah yang paling dashyat.
Letusan ketiga 74.000 tahun lalu menghasilkan kaldera, dan menjadi Danau Toba sekarang dengan Pulau Samosir di tengahnya.

Gunung Toba ini tergolong Supervolcano. Hal ini dikarenakan Gunung Toba memiliki kantong magma yang besar yang jika meletus kalderanya besar sekali. Volcano kalderanya ratusan meter, sedangkan Supervolacano itu puluhan kilometer.
Yang menarik adalah terjadinya anomali gravitasi di Toba. Menurut hukum gravitasi, antara satu tempat dengan lainnya akan memiliki gaya tarik bumi sama bila mempunyai massa, ketinggian dan kerelatif an yang sama. Jika ada materi yang lain berada di situ dengan massa berbeda, maka gaya tariknya berbeda. Bayangkan gunung meletus. Banyak materi yang keluar, artinya kehilangan massa dan gaya tariknya berkurang. Lalu yang terjadi up-lifting (pengangkatan). Inilah yang menyebabkan
munculnya Pulau Samosir.

Magma yang di bawah itu terus mendesak ke atas, pelan-pelan. Dia sudah tidak punya daya untuk meletus. Gerakan ini berusaha untuk menyesuaikan ke normal gravitasi. Ini terjadi dalam kurun waktu ribuan tahun. Hanya Samosir yang terangkat karena daerah itu yang terlemah. Sementara daerah lainnya merupakan dinding kaldera.

Siapakah yang berdiam di sekitar Danau Toba

Kalau kita lihat peta, Kerajaan Batak ini dapat dikatakan terletak di sepanjang Langkat – Deli – Siak di pantai timur Sumatera, terus ke Alas – Gayo – Simalungun di bangian tengah, dan bisa jadi sampai ke Singkil – Barus di pantai barat Sumatera. Kalau demikian, siapa yang bermukim di sekitar Danau Toba? Kalau sekiranya ada sedikit kebenaran dari silsilah orang Batak Toba, berarti sekitar 1500-anlah mereka mulai bermukim disitu bersamaan dengan ketika kerajaan Batak masih tegak dipimpin Raja Tomyam atau Raja Timur Raya.
Merujuk pada keterangan di atas, jadi muncul pertanyaan besar (baru), siapa yang berdiam di dekat Danau Toba itu, dan kenapa mereka tetap menamai diri Orang Batak sampai sekarang, padahal kerajaan Batak tadi sudah tidak eksis? Apakah mungkin mereka termasuk daerah taklukan Raja Tomyam, atau mungkin dibawah kendali para Panglima yang tidak bersedia menganut Islam? Atau mungkin sudah lebih dulu mereka bermukim di sekeliling Danau Toba baru kemudian menjadi Islam kerajaan Batak, dan karena itu mereka memutus hubungan dengan Kerajaan Batak tersebut?
Pertanyaan-pertanyaan seperti inilah semestinya lebih dulu kita jawab, baru kita dapat merangkak menelusuri kebenaran itu ke arah hulunya. Terus terang harus diakui bahwa belum cukup keterangan dari sejarah guna menjawab pertanyaan-pertanyan seperti tersebut di atas. Namun demikian, dengan keterangan yang ada ini, menjelaskan kepada kita beberapa persoalan.

Pertama, mungkin sudah tidak betul pemahaman kita selama ini bahwa Toba merupakan induk/asal persebaran dari orang Batak seluruhnya. Yang lebih benar barangkali, tidak sekaligus (atau bergelombang-gelombang) rombongan orang Batak eksodus dari dekat Tamiang ketika mereka hendak mencari tempat permukiman baru di sekitar Danau Toba, jadi dinamai orang Toba, demikian juga Simalungun, Pakpak, Karo, Silindung, Pardembanan, Sipirok, Angkola, Mandailing, dan lain sebagainya. Barangkali sesama mereka masih bergaul dan saling berkunjung, kalau memungkinkan, dan melalui (relasi) itu menjadi terpeliharalah adat dan identitas (marga) kebatakan dahulu yang mereka bawa dari tanah asal. Tetapi, lama kelamaan karena sulitnya komunikasi, mungkin lebih mudah bagi beberapa kelompok menjalin hubungan dengan orang Batak yang sudah Islam dipesisir dan juga dengan orang asing. Lama kelamaan, menjadi semakin berbeda pula mungkin adat istiadat dan bahasa mereka.
Kedua, kalau disimak dari mitos dan silsilah itu, langsung dari Tuhan diturunkan Si Raja Batak melalui Si Boru Deak Parujar. Ini berarti, mereka tidak lagi mengakui bahwa mereka berasal dari daerah kekuasaan Raja Timur Raya. Putus sudah pertalian (hubungan) mereka, jejak kakinyapun tidak akan pernah lagi diinjak, asap perapiannyapun tidak lagi dilirik (bogas ni patna so ra degeon, timus ni apina na so ra idaon). Kalau demikian, mungkin orang-orang yang keras hati Batak yang baru ini, orang yang berani merintis jalan baru. Mereka adalah orang yang meretas jalannya sendiri, mencari dan menggapai perikehidupan yang lebih baik. Bukan tipe yang pasrah pada keadaan, yang mudah menyesuaikan diri. Mereka adalah orang-orang perintis kehidupan baru, dan pionir yang cerdas dan bijak menghadapi segala tantangan.

Agar tampak lebih jelas sifat yang kedua itu, kita akan coba membandingkan Batak “baru” ini dengan orang Australia si putih mata (white Australians). Kita bandingkan, karena agak banyak kemiripan sejarah diantara keduanya.
Keduanya sama-sama orang yang hijrah (Batak menghijrahkan diri, Australia Putih diasingkan). Sama-sama memutuskan hubungan mereka dari tanah asalnya. Batak dipisahkan gunung dan lembah, Australia Putih dipisahkan laut, gunung dan lembah.

Orang Australia (putih) pertama kali hadir di Benua Australia pada tangal 26 Januari 1788. Pada hari itu, diturunkan mereka dipinggir pantai di Teluk Botany (New South Wales, Australia), 548 laki-laki dan 188 perempuan. Merekalah orang Austalia putih pertama, semua mereka adalah orang buangan dari Inggris/Irlandia selaku orang hukuman (convicts). Mereka jauh berbeda dari imigran Eropa pertama ke Amerika,kebanyakan berperilaku sopan dan penganut agama (pilgrims).
Latar belakang orang Australia putih pertama itu berpengaruh terhadap karakter mereka sampai sekarang. Seperti ditulis seorang Australia (Rob Goodfellow, Australia in Ten Easy Steps), sangat berbeda sekali orang Australia dengan orang lain di dunia ini. Kalau kebanyakan orang merayakan kemenangan, kejayaan, atau kegagahan seorang panglima, orang Australia sebaliknya, merayakan peristiwa kekalahan. Pada setiap tanggal 26 Januari itu, minum-minum arak (grog) orang Australia sambil menyebut-nyebut nama Ned Kelly, seorang Australia pertama dari Irlandia, seorang berkumis dan setengah gila, berpakaian kaleng karatan yang memerangi (menembaki) musuhnya untuk mendirikan Republik Victoria. Pada tanggal 27 April, orang Australia bermabuk-mabukan kemudian tidur mendengkur sampai siang hari untuk merayakan kekalahan serdadu mereka pada peperangan Gallipoli.
Pendek kata, karakter orang Australia, “Aussie Battler”, adalah bahwa tekad kerja keras, itulah yang lebih berharga dibandingkan keberhasilan suatu pekerjaan. Mencoba jauh lebih berharga daripada berhasil. “Triying” is afforded more support and symphaty than “succeeding”. Orang yang “gagal” dan menjadi “lemah” karena terus menerus berjuang melawan yang kuat, itulah orang terhormat dan disegani, bukan raja, atau pemenang, atau si kaya. To struggle establishes a “Battler’s” Credentials. To Fail heroically proves it.
Ketiga, kalaulah betul orang Batak (Toba) yang berdiam di sekitar Danau Toba itu dahulu, adalah orang-orang yang meninggalkan Kerajaan Batak di bawah kekuasaan Raja Tamiang (Tomyam), semata karena meneruskan dan melestarikan “kebatakan” mereka, tentu semuanya itu akan tercermin dari watak, hukum, dan adat kebiasaan mereka. Kalau begitu, kira-kira bagaimana gerangan watak atau “partondion” mereka itu?
Sumber Parakitri Simbolon

KERAJAAN BATAK PERTAMA, BERAGAMA ISLAM.

Analisa ini berdasarkan penguraian Bapak DR.Tahi Simbolon atau Parakitri Simbolon dalam bahasa Batak di Seminar Nasional peringatan 100 tahun gugurnya Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII

”…………..Uju daksina ni harajaon Batak ma harajaon Aru. Raja ni Batak i ninna margoar ma Raja Tamiang (Tomyam), ra mangihuthon (manang diihuthon) goar ni sada sunge disi na margoar Tamiang, songon na hea dibaritahon halak Portugis naasing, ima Castanheda. Raja Tamiang gabe hela ni Raja Aru do ninna tingki i. Halak Portugis na sada nari muse, ima Pinto, mamaritahon ia Raja ni Batak i ima Raja Timur Raya do goarna. Raja Tamiang manang Timur Raya on nunga marugamo Islam,………………”

Asal usul Batak (Toba)


…………………………………………………
• Pertama yakni tentang asal mula orang Batak (toba) yang berdiam di tanah Batak kira-kira (1500 an).
• kedua adalah masuknya bangsa asing (kekuasaan lain) menentukan kehidupan di Tanah Batak (1822-1945).
• Ketiga -50 tahu merdeka (1945-1997).
Dari ketiga masa ini kita harapkan mendapat pengertian tentang kepercayaan sabungan orang toba, kalau benar bahwa masalah besar sekarang tentang kehidupan orang toba, ketiga masa ini yang dapat kita disebut seperti yang dikatakan Umpasa ”molo balga aekna, balga do nang dengkena, molo balga gorana balga do nang panghorhonna”
…………………………………………………….

Hampir boleh dikatakan, meskipun 3 perkara ini belum jelas melihat banyaknya bangsa kita, yang paling gelap dalam sejarah batak (toba) adalah tentang asalmula orang batak bermukim di tanah Batak. Kalau menurut penelitian sarjana-sarjana,dari Batak tobalah asal mula dari syku bangsa batak yang lain (Angkola-Mandailing,Pardembanan, pakpak,Simalungum dan Karo), Yang lain kita mengetahui asal mula Batak seperti kampung Sianjur mulamula serta si Raja Batak, adalah dari cerita dongeng/mitos (turi-turian) dan dari hikayat Tarombo (silsilah) nama. Mitos mengatakan bahwa si Raja Batak lebih dahulu ditempa/diciptakan Mulajadi Na Bolon melalui Siboru Deak Parujar di Sianjur mulamula . 2 anak nya yaitu 1- Guru Tatea Bulan serta 2- Raja Isumbaon, inilah cikal bakal dari 2 marga besar pada orang Batak, Lontung dan Sumba. Dari merekah asal mula Tarombo hingga kini. Berdasarkan tarombo tersebut diperkitakan sudah ada 20 tingkat (sundut) jadi (2x 25 tahun) = 500 tahun sudah jarak antara kedua Ompu (Lontung dan Sumba) sampai kini. Andaikan benar tarombo tersebut diperkirakan pada tahum 1500 an bangsa Batak bermukim dan menempati di Sianjur mulamula.
Cukup banyak pendapat sarjana-sarjana mengenai asal mula dari bangsa Batak yang lain dari Mitos dan Silsilah (tarombo). Pendapat dari Robert von Heine-Geldern (“Prehistoric Research in the Netherlands Indies” yang diutarakan dalam Science and Scientists in the Netherlands Indies, 1945; hlm. 147ff). Heine-Geldern mengatakan beberapa gelombang pendatang , sedangkan bangsa Batak datang dan berasal dari Yunan,Cina selatan, dan dari Vietnam Utara kira-kira tahun 800 S.M (sebelum masehi). Selama itu hingga tahun 1500 an.
Orang Batak mendapat pengaruh dari kebudayaan Hindu-Budha, yang mungkin datang langsung dari India atau juga dari Jawa melalui Minangkabau.
Andaikan benar pendapat para sarjana tersebut itupun tidak cukup kuat bukti untuk menguraikan masalah rumit dari awal (aek litok tu julu), karena tidak jelas kita ketahui bagaimana cara mereka sampai ketanah Batak, dan apa alasan mereka lari/ meninggalkan tanah asalnya, tetapi meskipun demikian bangsa Batak cukup percaya mengyakini penjelasan yang demikian, sampai tidak ada keinginan untuk mencari penjelasan baru tentang asal mula Bangsa Batak.
Sebenarnya informasi baru yang dapat membantu kita sudah ada , yaitu pada tahun 1944, sewaktu ada terbit catatan perjalanan Tomé Pires yang di sunting oleh Armando Cortesao, The Suma Oriental of Tomé Pires: An Accounts of the East, from the Red Sea to Japan, written in Malacca and India in 1512-1515. Tomé Pires adalah seorang apoteker berbangsa Portugis dan menjadi kepala Gudang Rempah-rempah Portugis di Malaka.Setelah itu menjadi Duta besar di Cina.

Ratusan tahun catatan itu tersimpan diperpustakaan Perancis, dan kebetulan terbaca Armando Cortesao pada tahun 1937. Setelah catatan itu dicetak dan diterbitkan, baru jelas sedikit tentang Nusantara termasuk Sumatra pada permulaan abad XVI. Berita tentang Tomé Pires membuka atau memulai dari Kalimantan, (Borneo), Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Banda, Seram, Ambon, Maluku serta kepulauan Karimun.Dikatakannya Pulo Sumatra (Camotora) luas serta kaya.Pertama di beritakannya Pulau Weh, dinamai pulau-pulau Gomez (Gamispola). Dari ujung Aceh terus dia menyelusuri selat malaka, mengelilingi Sumatra sebelah Barat ke Pansur/Fansur (Pamchur) dekat ke Barus, dari sana kembali ke Gamispola. Selain Gamispola dan pulau sekitarnya, Tomé Pires menemui dan menghitung ada 19 kerajaan(reino) serta 11 negeri (terra) di pulau Sumatra ketika itu. Selain Gamispola dia menguraikan bentuk kerajaan Aceh(Achei) serta Biar Lambry, Pedir, Pirada, Pasai (Paçee), Batak (Bata), Aru, Arcat, Rupat, Siak (Ciac), Kampar (Campar), Tongkal (Tuncall), Indragiri (Amdargery), Capocam, Trimtall [Tongkal?],Jambi, Palembang (Palimbao), Negeri Sekampung (Çaçanpom), Negeri Tulang Bawang (Tulimbavam), Negeri Andalas (Andallos), Negeri Pariaman (Pirjaman), Negeri Tiku (Tiquo), Negeri Panchur, Negeri Barus (Baruez), Negeri Singkel (Chinqele), Negeri Meulaboh (Mancopa), Negeri Daya, Negeri Pirim [Pedir?], kemudian kembali ke Gamispola. Dikatakan bentuk dataran dari Siak ke Jambi dari Pariaman ke Fansur ditepi Barat Sumatra , semuanya itu katanya termasuk Negeri Minangkabau (Menamcabo), mempunyai tiga raja. Ketiga raja terdebut bermuim di pedalaman. Pires mengatakan banyak Mas di Pulau Sumatra, serta ada 2 macam getah kayu (pohon) yang dapat dimakan dan dinamai camphor, ada juga lada, sutra, haminjon, damar, Madu (situak ni loba), miak tano (pitch), balerang, hapas, hotang. Banyak juga padi, daging (juhut), dengke (peda). Ada juga bermacam Minyak, tuak (wine), tarmasuk tampoy, yang sama dengan anggur Eropa. Bermacam buah dari pohon, seperti durian, yang sangat lezat dan enak rasanya kata Pires. [Artinya, sangat kaya semua tempat ketika itu ].
Kebanyakan Negeri tersebut sudah beragama Islam (Moor), tinggal sedikit yang bertahan pada agama “si pele begu” (heathen). Dipantai bagian timur Sumatra, dari Selat malaka sampai ke Palembang, semua raja disana sudah beragama Islam, tetapi setelah Palembang sampai Gamispola masih ”Sipele Begu” , seperti Raja yang ada di Pedalaman , Peres sering mendengar berita kebiasaan mereka memakan manusia di wilayah ”Sipele Begu” tersebut,yaitu apabila mereka menangkap musuhnya.
Aceh adalah yang pertama dimasuki Peres dan menyelidikinya termasuk sekitar selat malaka, baru ke Lambry. Dan agak ke dalam terdapat kerajaan Biar, diantara Aceh dan Pedir. Semua negeri yang di terangkan tadi tunduk pada kerajaan Aceh. Raja Aceh sudah beragama Islam, dan seorang Raja yang keras dan disegani oleh kerajaan sekitarnya.
Bangsa Portugis serring kontrol, kadang-kadang Raja Aceh meguasai laut (bajak laut). Sekali mebajak paling sedikit 30-40 ”lancar” perahu. Aceh banyak menjual daging, beras serta bermacam makanan yang lain, termasuk tuak asli daerah tersebut, juga Lada meskipun tidak banyak. Waktu itu kerajaan Pedir masih bermusuhan dengan Aceh. Cukup menderita kerajaan Pedir dibuat Aceh, sebelumnya kerajaan Pedir termasuk kerajaan besar dan kaya dari perdagangan, banyak kerajaan yang dikuasai Aceh sekarang ini masih tunduk pada kerajaan Pedir, termasuk Aeilabu,Lide, dan Pirada. Sempat dulu kerajaan Pedir menguasai pintu selat malaka berebut dengan kerajaan Pasai. Kerajaan Pedir terus bertahan sampai tahun 1510.wilaya kekuasaannya hampir setengah Liga (league atau 3 km) ke hulu sungai. Sampai masa tersiar berita (1513) banyak orang luar dari bermacam bangsa tinggal di wilayah kekuasaannya. Meskipun dalam permusuhan dengan Aceh kebesaran dan kekayaan Pedir masih tetap,paling sedikit 2 kapal dalam setahun datang dari Cambay dan Benggala ke Pedir, satu kapal dari benua Quelim (negeri Keling), dan satu dari Pegu.
Pada saat berembus angin laut, langsung berangkat yung(perahu/kapal) kurang lebih 20 banyaknya, berisi Beras ke Tranggano, Keah serta Barus. Tetapi setelah kalah Malaka oleh Portugis pada tahun 1511, pedagang Pedirpun kesulitan, lebi-lebih sultan mereka yakni Sultan Muzaffar Shah meninggal. Ada 2 anak ditinggalkannya, tetapi masi kecil-kecil, oleh karenanya para pejabat di Pedir saling berebut kekuasaan. Dan Kerajaan Pedir Sudah mempergunakan Uang sebagai alat tuka, uang kecil dinamai Ceitis, uang besar dinamai Drama terbuat dari Emas. Satu uang Portugis (Cruzado) sama dengan 9 Drama (uang Pedir) .

Setelah kerajaan Pedir,kerajaan Pasai (yang populer sebagai Çamotora manang Sumatra). Kerajaan Pasai ketika itu sedang naik daun, setelah Malaka dikuasai Portugis Bagian Utara Pasai yaitu kerajaan Pirada dan sebelah selatan yaitu kerajaan Batak (bata). Kerajaan Pasai terus sampai tepi laut sebelah barat, ima laut Hindia. Saudagar dari seluruh penjuru, selain dari timur, datang juga dari pasai, seperti Saudagar Rume (Bizantium?) , Turki, Arab, Parsi, Gujarat, Keling, Benggali, Melayu, Jawa serta dari siam.Kalau Saudagar dari Purba ke Malaka. Karena saudagar dari Purba memiliki barang yang cukup banyak . 10 Pasai belum mampu melawan Malaka, kebanyakan penghuni Pasai adalah keturunan campuran Benggali/Keling dengan orang Pasai asli, itulah yang bernama Sumatra, 20.000 orang penghuni dan sudah termasuk jumlah besar. Raja Pasai sudah masuk Islam 50 tahun lamanya menjelang tahun 1513. Kekuasaan raja yang digantikannya, masih beragama Sipelebegu, sedikit demi sedikit Saudagar Islam memasukkan orang yang masih beragama sipele begu menjadi Islam. Setelah datang Islam muncullah adat yang baru. Barang siapa yang berani bisa saja membunuh Raja, asal beragama Islam kalau berhasil maka dia menjadi Raja. Adat ini katanya datang dari Benggala, katanya di dinegeri Benggala tradisi seperti itu masi dilestarikan sebelah selatan dari Pasai adalah kerajaan Batak (bata), sebelah selatan dari kerajaan Batak adalah kerajaan Aru. Raja Batak ketika itu bernama Raja Tamiang (Tomyam), mungkin berdasarkan nama salah satu sungai yang ada disana bernama Tamiang, seperti apa yang dikatakan oleh seorang Portugis lainnya yang bernama Castanheda. Raja Tamiang menjadi menantu Raja Aru, sedang orang Portugis yang lain bernama Pinto menceritakan bahwa Raja Batak itu adalah Raja Timur Raya namanya. Raja Tamiang atau Raja Timur Raya ini sudah beragama Islam, tetapi masih mau membajak dilaut (Bajak Laut).atu dari kapal yang pernah dibajaknya adalah kapal Flor de la Mar (Bunga Laut). Inilah salah satu dari empat kapal dari armada yang di komandani Gubernur Jenderal Portugis, Alfonso de Albuquerque dari Malaka ke Goa. pada tanggal 1 Desember 1511, armada itu kandas mendekati Pasai.Cukup banyak yang mati, luka-luka dan bahkan isi kapal nyapun hilang, banyak juga harta di dapat dari sana, tetapi Albuquerque selamat . Kerajaan Batak meng export Beras, buah-buahan, Tuak, Madu, Lilin, Kapur barus, terutama munyak lampu )pitch) dan Rotan nama rotan oleh setempat disebut ” rotaã” , Jadi tidak heran kalau Raja Batak yang bernama Raja Timur Raya itu kaya dan makmur. Dan dia berani melawan Kerajaan Pasai, bahkan melawan kerajaan mertuanyapun yakni kerajaan ARU. Tetapi yang paling sering dia melawan kerajaan-kerajaan yang ada di pedalaman.Inilah salah satu informasi yang penting bagi kita untuk menguraikan masalah diatas.

Didalam Bahasa Batak sesuai dengan aslinya adalah sbb:

Asal-mula ni Batak (Toba)


Boi dohonon, nang pe na tolu parkaro on ndang torang dope di godang halak hita, anggona gumolap di sejarah ni Batak (Toba) ima asal-mula ni halak Batak maringan di Tano Batak. Anggo mangihuthon pamaresoon ni angka sarjana, Batak Toba do didok songon bona parserahan ni sude Batak naasing (Angkola-Mandailing, Pardembanan, Pakpak, Simalungun, Karo). Lan na asing na taboto taringot asal-mula ni Batak, songon huta Sianjur Mulamula dohot Si Raja Batak, holan sian turi-turian (mitos) dohot tarombo (silsilah) nama. Turiturian mandok, Si Raja Batak jalo do ditompa Mulajadi Nabolon marhite Si Boru Deak Parujar di Sianjur Mulamula. Dua anakna, Guru Tatea Bulan dohot Raja Isumbaon, ima ompu ni na dua marga bolon di halak Batak, Lontung dohot Sumba. Dung pe sian nasida nadua asa adong tarombo sahat tu hita saonari. Marhite tarombo i diado, tar hira 20 sundut ma (20 x 25 taon = 500 taon) sian ompu na dua i tu hita on. Jadi, aut sura sintong tarombo i, tar hira taon 1500-an ma halak Batak mulai mian di Sianjur Mulamula.

Bahat do anggo pandohan ni angka sarjana taringot asal-mula ni halak Batak, na asing sian pandohan ni turi-turian dohot tarombo. Pandapot na tarsar baritana ima sian Robert von Heine-Geldern (“Prehistoric Research in the Netherlands Indies” na di baritahon di bagasan Science and Scientists in the Netherlands Indies, 1945; hlm. 147ff). Heine-Geldern mandok, dohot piga-piga galumbang parranto, ia halak Batak marmula sian Yunan, Cina Selatan, dohot Vietnam Utara do, tar hira taon 800 SM. Saleleng i sahat tu taon 1500, halak Batak ninna manjalo pengaruh sian kebudayaan Hindu-Budha, molo so jalo sian India, ba sian Jawa marhite Minangkabau. Aut sugari pe sintong pandapot ni angka sarjana on, tar hira so sungkup do gogo ni hatorangan on laho maningkori aek na litok tu julu. Ai so tangkas taboto tar songon dia nasida sahat tu Tano Batak si saonari, jala ala ni aha nasida buhar sian inganan vii nasida na parjolo i. Alai, haru pe songon i, mansai gomos do halak Batak maniop hatorangan na songon on, jala boi dohonon gabe ndang adong be hagiot mangalului hatarongan na imbaru taringot tu asal-mula i. Sasintongna, hatorangan na imbaru na tolap mangurupi hita nunga leleng adong, ima di taon 1944, tingki terbit catatan pardalanan ni Tomé Pires na nisunting ni Armando Cortesao, The Suma Oriental of Tomé Pires: An Accounts of the East, from the Red Sea to Japan, written in Malacca and India in 1512-1515. Tomé Pires ima sahalak apoteker bangso Portugis na gabe Kepala Gudang Rempah-rempah Portugis di Malaka. Habis i gabe duta besar ma ibana di Cina. Ratusan taon catatan na i holip di perpustaan Prancis, jala tarjaha Armando Cortesao ma i di taon 1937. Dung pe terbit catatan on taon 1944 asa torang saotik tar beha rumang ni Nusantara, tarmasuk Sumatra di parmulaan ni Abad XVI. Barita ni Tomé Pires mamungka sian Kalimantan (Borneo), Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Banda, Seram, Ambon, Maluku, dohot pulo-pulo Karimun. Didok ibana, Pulo Sumatra (Camotora) bidang jala maduma. Parjolo ma dibaritahon ibana pulo Weh, naginoarna pulo-pulo Gomez (Gamispola). Sian pulo di ujung ni Aceh i, torus ma ibana mangoris-oris Selat Malaka, mangaliati Sumatra uju pastima tu Pansur (Pamchur) jonokhon tu Barus, jala sian i mulak muse tu Gamispola. Asing sian Gamispola dohot pulo-pulo na humaliangna, Tomé Pires mamilangi adong 19 harajaon (reino) dohot 11 negeri manang luat (terra) di pulo Sumatra uju i. Asing sian Gamispola dipajojor ibana ma rumang ni Harajon Aceh (Achei) dohot Biar Lambry, Pedir, Pirada, Pasai (Paçee), Batak (Bata), Aru, Arcat, Rupat, Siak (Ciac), Kampar (Campar), Tongkal (Tuncall), Indragiri (Amdargery), Capocam, Trimtall [Tongkal?], Jambi, Palembang (Palimbao), Negeri Sekampung (Çaçanpom), Negeri Tulang Bawang (Tulimbavam), Negeri Andalas (Andallos), Negeri Pariaman (Pirjaman), Negeri Tiku (Tiquo), Negeri Panchur, Negeri Barus (Baruez), Negeri Singkel (Chinqele), Negeri Meulaboh (Mancopa), Negeri Daya, Negeri Pirim [Pedir?], jala mulak muse tu Gamispola. Didok taringot rumang ni adaran sian Siak tu Jambi, sian Pariaman tu Panchur di topi pastima ni Sumatra, saluhutna i ninna tarmasuk tu Negeri Minangkabau (Menamcabo), na tolu rajana. Raja na tolu i didok maringan dao tar tu tonga ni luat i (pedalaman). Pires mandok bahat mas di Pulo Sumatra, dung i dua massam gota ni hau, na boi dipangan ninna jala margoar camphor, adong muse lada, sutra, haminjon, damar, situak ni loba, miak tano (pitch), balerang, hapas, hotang. Bahat muse do ninna eme, juhut, dengke (peda). Adong muse ninna marmassam miak, tuak (wine), tarmasuk ma i tampoy, na horis tu anggur Eropa. Marragam boras ni hau, songon durian, na tung mansai tabo ninna Pires. [Lapatanna, tung mansai maduma do angka luat i di tingki i].

Bahatan do ninna angka luat i nunga marugamo Islam (Moor), holan otik nama na martahan marugamo “si pele begu” (heathen). Di topi pasir uju purba ni Sumatra, sian Selat Malaka sahat tu Palembang, saluhut raja disi nunga marugamo Islam ninna, alai dung sae Palembang sahat tu Gamispola tong dope “si pele begu” ninna, songon angka raja na dingkan bagasan (pedalaman). Pires mandok jotjot do ibana mambege barita taringot hasomalan mangallang jolma di negeri “si pele begu” i, ima molo tartangkup musu nasida. Aceh didok songon harajaon na parjolo dipareso Pires di sandok Selat Malaka bagian Sumatra. Dungi pe asa luat Lambry. Tar jurjur tu bagasan ima harajaon Biar, vii jadi di holang-holang ni Aceh dohot Pedir. Luhut angka luat naginoaran tongkin on tunduk ma i ninna tu Harajaon Aceh. Raja Aceh nunga maragamo Islam, jala tarbarita songon raja na tangkang manjuara di negeri na humaliang. Bangso Portugis manuhas, sipata raja Aceh olo dope ninna margapgap di laut (bajak laut). Sahali margapgap naung otik ma ninna molo marudur 30-40 “lancar” manang sampan (lanchara). Aceh ninna manggadis bahat juhut, boras, angka bohal sipanganon na asing, tuak tangkasan ni luat i. Adong muse do ninna lada, nang pe ndang sadia bahat. Di tingki i, harajaon Pedir marmusu dope ninna maradophon Aceh. Mansai bernit do ninna parniahapan ni Pedir dibahen Aceh. Ndang sadia leleng mandapothon tingki i, harajaon na bongak dope ninna Pedir, huhut maduma sian partiga-tigaan. Bahat hian dope sian angka harajaon naung dihuasoi Aceh tunduk tu Pedir, tarmasuk muse Aeilabu, Lide, dohot Pirada. Sanga do ninna Pedir marhuaso di pintu ni Selat Malaka, margulut dohot Pasai. Harajaon Pedir torus dope martahan sahat tu taon 1510. Huta sabunganna masuk tar hira satonga liga (league manang tolu km) tu julu ni sunge. Sahat tu tingki na manurat barita i (1513) bahat dope halak sileban sian marmassam bangso mian di huta sabungan i. Nang pe dibagasan parmusuon dohot Aceh, hinabongak dohot hinaduma ni Pedir tong dope disi ninna. Naung otik ma ninna dua hopal sataon ro sian Cambay dohot Benggala tu Pedir, sada hopal sian Benua Quelim (Negeri Keling), jala sada sian Pegu. Disi dung marombus alogo laut, migor borhat muse ma ninna bahat yung dohot parau, pola tar 20 bahatna, marisi boras tu Tranggono, Kedah, dohot Barus. Alai dung talu Malaka dibahen Portugis taon 1511, gabe gale nama partiga-tigaan ni Pedir, tarlobi dung monding sultan nasida, Muzaffar Shah. Adong dua anak tadinganna, alai metmet dope. Ala ni i margulut jabatan dohot harajaon ma angka panguaso ni Pedir. Pedir nunga mamahe hepeng. Hepeng metmet digoari ma ceitis, hepeng balga digoari muse ma drama, sian mas. Sada hepeng Portugis (cruzado) marasam ma sia
drama.

Dung Pedir, ima harajaon Pasai (na targoar songon Çamotora manang Sumatra). Pasai tongon ma tutu pajogi bana tingki i (lagi naik daun), ima jalo dung dihuasoi Portugis Malaka. Uju utara ni Pasai, ima harajaon Pirada, jala tungkan daksina ima harajaon Batak (Bata). Harajaon Pasai torus dope sahat tu topi tao uju pastima, ima Laut Hindia. Saudagar sian desa na ualu, asing ni na sian purba, paturo do tu Pasai, songon saudagar Rume [Bizantium?), Turki, Arab, Parsi, Gujarat, Keling, Benggali, Melayu, Jawa, dohot Siam. Alai molo saudagar sian purba tu Malaka do. Ala saudagar sian purba i angka parbarang na bahat ninna, 10 Pasai ndang tolap dope ninna mangalo Malaka. Bahatan pangisi ni Pasai ninna ima pinompar sampuran ni Benggali/Koling dohot halak Pasai asli. Huta sabungan ni Pasai, ima na margoar Sumatra i, 20.000 halak pangisina ninna, jadi nunga tardok balga. Raja Pasai nunga masuk Islam 60 taon lelengna mandapothon taon 1513. Huaso ni raja nigantihonna, na marugamo si
pele begu dope, suda otik-otik digotili angka saudagar na marugamo Islam. Dung ro Islam, mullop ma adat na imbaru: manang ise na barani boi do mamunu raja, asal ma maragama Islam. Molo marhasil, gabe raja ma ibana. Adat on ninna naro do sian Benggala, tingki i mangolu dope adat na songon i di bona pasogit Benggala. Ix Nah, uju daksina ni Pasai ma harajaon Batak (Bata). Uju daksina ni harajaon Batak ma harajaon Aru. Raja ni Batak i ninna margoar ma Raja Tamiang (Tomyam), ra mangihuthon (manang diihuthon) goar ni sada sunge disi na margoar Tamiang, songon na hea dibaritahon halak Portugis naasing, ima Castanheda. Raja Tamiang gabe hela ni Raja Aru do ninna tingki i. Halak Portugis na sada nari muse, ima Pinto, mamaritahon ia Raja ni Batak i ima Raja Timur Raya do goarna. Raja Tamiang manang Timur Raya on nunga marugamo Islam, alai ninna sipata olo dope ibana margapgap di laut (bajak laut). Sada sian hopal na hea digapgap raja on ima Flor de la Mar (Bunga Laut). On ma sada sian opat hopal di bagasan armada na niuluhon ni Gubernur Jenderal Portugis, Alfonso de Albuquerque sian Malaka tu Goa. Tongon tanggal 1 Desember 1511, handas ma armada i uju mandapothon Pasai. Torop do na mate, maluha, jala mago pangisi ni kapal i, jala bahat muse dibuat arta sian i, alai anggo Albuquerque malua do. Negeri Batak mangekspor boras, parbue, tuak, si tuak ni loba, lilin, hapur barus, alai tarlobi ma miak lampu (pitch) dohot “rotan” (rotaã didok pangisi ni luat i). Tontu ndang pola longang iba molo Raja Timur Raya, raja ni Batak i, mamora jala maduma. Na begu muse do raja on ninna, ai barani do ibana marporang mangalo harajaon Pasai, gariada tahe mangalo harajaon ni simatuana, harajaon Aru. Alai, porang na jumotjot ima maralohon angka pangisi ni luat na dinghan bagasan (pedalaman). Tar songon i ma sada hatorangan na mansai arga taringot asal-mula ni halak Batak. Aha lapatan ni hatorangan on tu parsoalanta na di ginjang i?