Analisa ini berdasarkan penguraian Bapak DR.Tahi Simbolon atau Parakitri Simbolon dalam bahasa Batak di Seminar Nasional peringatan 100 tahun gugurnya Pahlawan Nasional Sisingamangaraja XII

”…………..Uju daksina ni harajaon Batak ma harajaon Aru. Raja ni Batak i ninna margoar ma Raja Tamiang (Tomyam), ra mangihuthon (manang diihuthon) goar ni sada sunge disi na margoar Tamiang, songon na hea dibaritahon halak Portugis naasing, ima Castanheda. Raja Tamiang gabe hela ni Raja Aru do ninna tingki i. Halak Portugis na sada nari muse, ima Pinto, mamaritahon ia Raja ni Batak i ima Raja Timur Raya do goarna. Raja Tamiang manang Timur Raya on nunga marugamo Islam,………………”

Asal usul Batak (Toba)


…………………………………………………
• Pertama yakni tentang asal mula orang Batak (toba) yang berdiam di tanah Batak kira-kira (1500 an).
• kedua adalah masuknya bangsa asing (kekuasaan lain) menentukan kehidupan di Tanah Batak (1822-1945).
• Ketiga -50 tahu merdeka (1945-1997).
Dari ketiga masa ini kita harapkan mendapat pengertian tentang kepercayaan sabungan orang toba, kalau benar bahwa masalah besar sekarang tentang kehidupan orang toba, ketiga masa ini yang dapat kita disebut seperti yang dikatakan Umpasa ”molo balga aekna, balga do nang dengkena, molo balga gorana balga do nang panghorhonna”
…………………………………………………….

Hampir boleh dikatakan, meskipun 3 perkara ini belum jelas melihat banyaknya bangsa kita, yang paling gelap dalam sejarah batak (toba) adalah tentang asalmula orang batak bermukim di tanah Batak. Kalau menurut penelitian sarjana-sarjana,dari Batak tobalah asal mula dari syku bangsa batak yang lain (Angkola-Mandailing,Pardembanan, pakpak,Simalungum dan Karo), Yang lain kita mengetahui asal mula Batak seperti kampung Sianjur mulamula serta si Raja Batak, adalah dari cerita dongeng/mitos (turi-turian) dan dari hikayat Tarombo (silsilah) nama. Mitos mengatakan bahwa si Raja Batak lebih dahulu ditempa/diciptakan Mulajadi Na Bolon melalui Siboru Deak Parujar di Sianjur mulamula . 2 anak nya yaitu 1- Guru Tatea Bulan serta 2- Raja Isumbaon, inilah cikal bakal dari 2 marga besar pada orang Batak, Lontung dan Sumba. Dari merekah asal mula Tarombo hingga kini. Berdasarkan tarombo tersebut diperkitakan sudah ada 20 tingkat (sundut) jadi (2x 25 tahun) = 500 tahun sudah jarak antara kedua Ompu (Lontung dan Sumba) sampai kini. Andaikan benar tarombo tersebut diperkirakan pada tahum 1500 an bangsa Batak bermukim dan menempati di Sianjur mulamula.
Cukup banyak pendapat sarjana-sarjana mengenai asal mula dari bangsa Batak yang lain dari Mitos dan Silsilah (tarombo). Pendapat dari Robert von Heine-Geldern (“Prehistoric Research in the Netherlands Indies” yang diutarakan dalam Science and Scientists in the Netherlands Indies, 1945; hlm. 147ff). Heine-Geldern mengatakan beberapa gelombang pendatang , sedangkan bangsa Batak datang dan berasal dari Yunan,Cina selatan, dan dari Vietnam Utara kira-kira tahun 800 S.M (sebelum masehi). Selama itu hingga tahun 1500 an.
Orang Batak mendapat pengaruh dari kebudayaan Hindu-Budha, yang mungkin datang langsung dari India atau juga dari Jawa melalui Minangkabau.
Andaikan benar pendapat para sarjana tersebut itupun tidak cukup kuat bukti untuk menguraikan masalah rumit dari awal (aek litok tu julu), karena tidak jelas kita ketahui bagaimana cara mereka sampai ketanah Batak, dan apa alasan mereka lari/ meninggalkan tanah asalnya, tetapi meskipun demikian bangsa Batak cukup percaya mengyakini penjelasan yang demikian, sampai tidak ada keinginan untuk mencari penjelasan baru tentang asal mula Bangsa Batak.
Sebenarnya informasi baru yang dapat membantu kita sudah ada , yaitu pada tahun 1944, sewaktu ada terbit catatan perjalanan Tomé Pires yang di sunting oleh Armando Cortesao, The Suma Oriental of Tomé Pires: An Accounts of the East, from the Red Sea to Japan, written in Malacca and India in 1512-1515. Tomé Pires adalah seorang apoteker berbangsa Portugis dan menjadi kepala Gudang Rempah-rempah Portugis di Malaka.Setelah itu menjadi Duta besar di Cina.

Ratusan tahun catatan itu tersimpan diperpustakaan Perancis, dan kebetulan terbaca Armando Cortesao pada tahun 1937. Setelah catatan itu dicetak dan diterbitkan, baru jelas sedikit tentang Nusantara termasuk Sumatra pada permulaan abad XVI. Berita tentang Tomé Pires membuka atau memulai dari Kalimantan, (Borneo), Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Banda, Seram, Ambon, Maluku serta kepulauan Karimun.Dikatakannya Pulo Sumatra (Camotora) luas serta kaya.Pertama di beritakannya Pulau Weh, dinamai pulau-pulau Gomez (Gamispola). Dari ujung Aceh terus dia menyelusuri selat malaka, mengelilingi Sumatra sebelah Barat ke Pansur/Fansur (Pamchur) dekat ke Barus, dari sana kembali ke Gamispola. Selain Gamispola dan pulau sekitarnya, Tomé Pires menemui dan menghitung ada 19 kerajaan(reino) serta 11 negeri (terra) di pulau Sumatra ketika itu. Selain Gamispola dia menguraikan bentuk kerajaan Aceh(Achei) serta Biar Lambry, Pedir, Pirada, Pasai (Paçee), Batak (Bata), Aru, Arcat, Rupat, Siak (Ciac), Kampar (Campar), Tongkal (Tuncall), Indragiri (Amdargery), Capocam, Trimtall [Tongkal?],Jambi, Palembang (Palimbao), Negeri Sekampung (Çaçanpom), Negeri Tulang Bawang (Tulimbavam), Negeri Andalas (Andallos), Negeri Pariaman (Pirjaman), Negeri Tiku (Tiquo), Negeri Panchur, Negeri Barus (Baruez), Negeri Singkel (Chinqele), Negeri Meulaboh (Mancopa), Negeri Daya, Negeri Pirim [Pedir?], kemudian kembali ke Gamispola. Dikatakan bentuk dataran dari Siak ke Jambi dari Pariaman ke Fansur ditepi Barat Sumatra , semuanya itu katanya termasuk Negeri Minangkabau (Menamcabo), mempunyai tiga raja. Ketiga raja terdebut bermuim di pedalaman. Pires mengatakan banyak Mas di Pulau Sumatra, serta ada 2 macam getah kayu (pohon) yang dapat dimakan dan dinamai camphor, ada juga lada, sutra, haminjon, damar, Madu (situak ni loba), miak tano (pitch), balerang, hapas, hotang. Banyak juga padi, daging (juhut), dengke (peda). Ada juga bermacam Minyak, tuak (wine), tarmasuk tampoy, yang sama dengan anggur Eropa. Bermacam buah dari pohon, seperti durian, yang sangat lezat dan enak rasanya kata Pires. [Artinya, sangat kaya semua tempat ketika itu ].
Kebanyakan Negeri tersebut sudah beragama Islam (Moor), tinggal sedikit yang bertahan pada agama “si pele begu” (heathen). Dipantai bagian timur Sumatra, dari Selat malaka sampai ke Palembang, semua raja disana sudah beragama Islam, tetapi setelah Palembang sampai Gamispola masih ”Sipele Begu” , seperti Raja yang ada di Pedalaman , Peres sering mendengar berita kebiasaan mereka memakan manusia di wilayah ”Sipele Begu” tersebut,yaitu apabila mereka menangkap musuhnya.
Aceh adalah yang pertama dimasuki Peres dan menyelidikinya termasuk sekitar selat malaka, baru ke Lambry. Dan agak ke dalam terdapat kerajaan Biar, diantara Aceh dan Pedir. Semua negeri yang di terangkan tadi tunduk pada kerajaan Aceh. Raja Aceh sudah beragama Islam, dan seorang Raja yang keras dan disegani oleh kerajaan sekitarnya.
Bangsa Portugis serring kontrol, kadang-kadang Raja Aceh meguasai laut (bajak laut). Sekali mebajak paling sedikit 30-40 ”lancar” perahu. Aceh banyak menjual daging, beras serta bermacam makanan yang lain, termasuk tuak asli daerah tersebut, juga Lada meskipun tidak banyak. Waktu itu kerajaan Pedir masih bermusuhan dengan Aceh. Cukup menderita kerajaan Pedir dibuat Aceh, sebelumnya kerajaan Pedir termasuk kerajaan besar dan kaya dari perdagangan, banyak kerajaan yang dikuasai Aceh sekarang ini masih tunduk pada kerajaan Pedir, termasuk Aeilabu,Lide, dan Pirada. Sempat dulu kerajaan Pedir menguasai pintu selat malaka berebut dengan kerajaan Pasai. Kerajaan Pedir terus bertahan sampai tahun 1510.wilaya kekuasaannya hampir setengah Liga (league atau 3 km) ke hulu sungai. Sampai masa tersiar berita (1513) banyak orang luar dari bermacam bangsa tinggal di wilayah kekuasaannya. Meskipun dalam permusuhan dengan Aceh kebesaran dan kekayaan Pedir masih tetap,paling sedikit 2 kapal dalam setahun datang dari Cambay dan Benggala ke Pedir, satu kapal dari benua Quelim (negeri Keling), dan satu dari Pegu.
Pada saat berembus angin laut, langsung berangkat yung(perahu/kapal) kurang lebih 20 banyaknya, berisi Beras ke Tranggano, Keah serta Barus. Tetapi setelah kalah Malaka oleh Portugis pada tahun 1511, pedagang Pedirpun kesulitan, lebi-lebih sultan mereka yakni Sultan Muzaffar Shah meninggal. Ada 2 anak ditinggalkannya, tetapi masi kecil-kecil, oleh karenanya para pejabat di Pedir saling berebut kekuasaan. Dan Kerajaan Pedir Sudah mempergunakan Uang sebagai alat tuka, uang kecil dinamai Ceitis, uang besar dinamai Drama terbuat dari Emas. Satu uang Portugis (Cruzado) sama dengan 9 Drama (uang Pedir) .

Setelah kerajaan Pedir,kerajaan Pasai (yang populer sebagai Çamotora manang Sumatra). Kerajaan Pasai ketika itu sedang naik daun, setelah Malaka dikuasai Portugis Bagian Utara Pasai yaitu kerajaan Pirada dan sebelah selatan yaitu kerajaan Batak (bata). Kerajaan Pasai terus sampai tepi laut sebelah barat, ima laut Hindia. Saudagar dari seluruh penjuru, selain dari timur, datang juga dari pasai, seperti Saudagar Rume (Bizantium?) , Turki, Arab, Parsi, Gujarat, Keling, Benggali, Melayu, Jawa serta dari siam.Kalau Saudagar dari Purba ke Malaka. Karena saudagar dari Purba memiliki barang yang cukup banyak . 10 Pasai belum mampu melawan Malaka, kebanyakan penghuni Pasai adalah keturunan campuran Benggali/Keling dengan orang Pasai asli, itulah yang bernama Sumatra, 20.000 orang penghuni dan sudah termasuk jumlah besar. Raja Pasai sudah masuk Islam 50 tahun lamanya menjelang tahun 1513. Kekuasaan raja yang digantikannya, masih beragama Sipelebegu, sedikit demi sedikit Saudagar Islam memasukkan orang yang masih beragama sipele begu menjadi Islam. Setelah datang Islam muncullah adat yang baru. Barang siapa yang berani bisa saja membunuh Raja, asal beragama Islam kalau berhasil maka dia menjadi Raja. Adat ini katanya datang dari Benggala, katanya di dinegeri Benggala tradisi seperti itu masi dilestarikan sebelah selatan dari Pasai adalah kerajaan Batak (bata), sebelah selatan dari kerajaan Batak adalah kerajaan Aru. Raja Batak ketika itu bernama Raja Tamiang (Tomyam), mungkin berdasarkan nama salah satu sungai yang ada disana bernama Tamiang, seperti apa yang dikatakan oleh seorang Portugis lainnya yang bernama Castanheda. Raja Tamiang menjadi menantu Raja Aru, sedang orang Portugis yang lain bernama Pinto menceritakan bahwa Raja Batak itu adalah Raja Timur Raya namanya. Raja Tamiang atau Raja Timur Raya ini sudah beragama Islam, tetapi masih mau membajak dilaut (Bajak Laut).atu dari kapal yang pernah dibajaknya adalah kapal Flor de la Mar (Bunga Laut). Inilah salah satu dari empat kapal dari armada yang di komandani Gubernur Jenderal Portugis, Alfonso de Albuquerque dari Malaka ke Goa. pada tanggal 1 Desember 1511, armada itu kandas mendekati Pasai.Cukup banyak yang mati, luka-luka dan bahkan isi kapal nyapun hilang, banyak juga harta di dapat dari sana, tetapi Albuquerque selamat . Kerajaan Batak meng export Beras, buah-buahan, Tuak, Madu, Lilin, Kapur barus, terutama munyak lampu )pitch) dan Rotan nama rotan oleh setempat disebut ” rotaã” , Jadi tidak heran kalau Raja Batak yang bernama Raja Timur Raya itu kaya dan makmur. Dan dia berani melawan Kerajaan Pasai, bahkan melawan kerajaan mertuanyapun yakni kerajaan ARU. Tetapi yang paling sering dia melawan kerajaan-kerajaan yang ada di pedalaman.Inilah salah satu informasi yang penting bagi kita untuk menguraikan masalah diatas.

Didalam Bahasa Batak sesuai dengan aslinya adalah sbb:

Asal-mula ni Batak (Toba)


Boi dohonon, nang pe na tolu parkaro on ndang torang dope di godang halak hita, anggona gumolap di sejarah ni Batak (Toba) ima asal-mula ni halak Batak maringan di Tano Batak. Anggo mangihuthon pamaresoon ni angka sarjana, Batak Toba do didok songon bona parserahan ni sude Batak naasing (Angkola-Mandailing, Pardembanan, Pakpak, Simalungun, Karo). Lan na asing na taboto taringot asal-mula ni Batak, songon huta Sianjur Mulamula dohot Si Raja Batak, holan sian turi-turian (mitos) dohot tarombo (silsilah) nama. Turiturian mandok, Si Raja Batak jalo do ditompa Mulajadi Nabolon marhite Si Boru Deak Parujar di Sianjur Mulamula. Dua anakna, Guru Tatea Bulan dohot Raja Isumbaon, ima ompu ni na dua marga bolon di halak Batak, Lontung dohot Sumba. Dung pe sian nasida nadua asa adong tarombo sahat tu hita saonari. Marhite tarombo i diado, tar hira 20 sundut ma (20 x 25 taon = 500 taon) sian ompu na dua i tu hita on. Jadi, aut sura sintong tarombo i, tar hira taon 1500-an ma halak Batak mulai mian di Sianjur Mulamula.

Bahat do anggo pandohan ni angka sarjana taringot asal-mula ni halak Batak, na asing sian pandohan ni turi-turian dohot tarombo. Pandapot na tarsar baritana ima sian Robert von Heine-Geldern (“Prehistoric Research in the Netherlands Indies” na di baritahon di bagasan Science and Scientists in the Netherlands Indies, 1945; hlm. 147ff). Heine-Geldern mandok, dohot piga-piga galumbang parranto, ia halak Batak marmula sian Yunan, Cina Selatan, dohot Vietnam Utara do, tar hira taon 800 SM. Saleleng i sahat tu taon 1500, halak Batak ninna manjalo pengaruh sian kebudayaan Hindu-Budha, molo so jalo sian India, ba sian Jawa marhite Minangkabau. Aut sugari pe sintong pandapot ni angka sarjana on, tar hira so sungkup do gogo ni hatorangan on laho maningkori aek na litok tu julu. Ai so tangkas taboto tar songon dia nasida sahat tu Tano Batak si saonari, jala ala ni aha nasida buhar sian inganan vii nasida na parjolo i. Alai, haru pe songon i, mansai gomos do halak Batak maniop hatorangan na songon on, jala boi dohonon gabe ndang adong be hagiot mangalului hatarongan na imbaru taringot tu asal-mula i. Sasintongna, hatorangan na imbaru na tolap mangurupi hita nunga leleng adong, ima di taon 1944, tingki terbit catatan pardalanan ni Tomé Pires na nisunting ni Armando Cortesao, The Suma Oriental of Tomé Pires: An Accounts of the East, from the Red Sea to Japan, written in Malacca and India in 1512-1515. Tomé Pires ima sahalak apoteker bangso Portugis na gabe Kepala Gudang Rempah-rempah Portugis di Malaka. Habis i gabe duta besar ma ibana di Cina. Ratusan taon catatan na i holip di perpustaan Prancis, jala tarjaha Armando Cortesao ma i di taon 1937. Dung pe terbit catatan on taon 1944 asa torang saotik tar beha rumang ni Nusantara, tarmasuk Sumatra di parmulaan ni Abad XVI. Barita ni Tomé Pires mamungka sian Kalimantan (Borneo), Sumatra, Jawa, Nusa Tenggara, Banda, Seram, Ambon, Maluku, dohot pulo-pulo Karimun. Didok ibana, Pulo Sumatra (Camotora) bidang jala maduma. Parjolo ma dibaritahon ibana pulo Weh, naginoarna pulo-pulo Gomez (Gamispola). Sian pulo di ujung ni Aceh i, torus ma ibana mangoris-oris Selat Malaka, mangaliati Sumatra uju pastima tu Pansur (Pamchur) jonokhon tu Barus, jala sian i mulak muse tu Gamispola. Asing sian Gamispola dohot pulo-pulo na humaliangna, Tomé Pires mamilangi adong 19 harajaon (reino) dohot 11 negeri manang luat (terra) di pulo Sumatra uju i. Asing sian Gamispola dipajojor ibana ma rumang ni Harajon Aceh (Achei) dohot Biar Lambry, Pedir, Pirada, Pasai (Paçee), Batak (Bata), Aru, Arcat, Rupat, Siak (Ciac), Kampar (Campar), Tongkal (Tuncall), Indragiri (Amdargery), Capocam, Trimtall [Tongkal?], Jambi, Palembang (Palimbao), Negeri Sekampung (Çaçanpom), Negeri Tulang Bawang (Tulimbavam), Negeri Andalas (Andallos), Negeri Pariaman (Pirjaman), Negeri Tiku (Tiquo), Negeri Panchur, Negeri Barus (Baruez), Negeri Singkel (Chinqele), Negeri Meulaboh (Mancopa), Negeri Daya, Negeri Pirim [Pedir?], jala mulak muse tu Gamispola. Didok taringot rumang ni adaran sian Siak tu Jambi, sian Pariaman tu Panchur di topi pastima ni Sumatra, saluhutna i ninna tarmasuk tu Negeri Minangkabau (Menamcabo), na tolu rajana. Raja na tolu i didok maringan dao tar tu tonga ni luat i (pedalaman). Pires mandok bahat mas di Pulo Sumatra, dung i dua massam gota ni hau, na boi dipangan ninna jala margoar camphor, adong muse lada, sutra, haminjon, damar, situak ni loba, miak tano (pitch), balerang, hapas, hotang. Bahat muse do ninna eme, juhut, dengke (peda). Adong muse ninna marmassam miak, tuak (wine), tarmasuk ma i tampoy, na horis tu anggur Eropa. Marragam boras ni hau, songon durian, na tung mansai tabo ninna Pires. [Lapatanna, tung mansai maduma do angka luat i di tingki i].

Bahatan do ninna angka luat i nunga marugamo Islam (Moor), holan otik nama na martahan marugamo “si pele begu” (heathen). Di topi pasir uju purba ni Sumatra, sian Selat Malaka sahat tu Palembang, saluhut raja disi nunga marugamo Islam ninna, alai dung sae Palembang sahat tu Gamispola tong dope “si pele begu” ninna, songon angka raja na dingkan bagasan (pedalaman). Pires mandok jotjot do ibana mambege barita taringot hasomalan mangallang jolma di negeri “si pele begu” i, ima molo tartangkup musu nasida. Aceh didok songon harajaon na parjolo dipareso Pires di sandok Selat Malaka bagian Sumatra. Dungi pe asa luat Lambry. Tar jurjur tu bagasan ima harajaon Biar, vii jadi di holang-holang ni Aceh dohot Pedir. Luhut angka luat naginoaran tongkin on tunduk ma i ninna tu Harajaon Aceh. Raja Aceh nunga maragamo Islam, jala tarbarita songon raja na tangkang manjuara di negeri na humaliang. Bangso Portugis manuhas, sipata raja Aceh olo dope ninna margapgap di laut (bajak laut). Sahali margapgap naung otik ma ninna molo marudur 30-40 “lancar” manang sampan (lanchara). Aceh ninna manggadis bahat juhut, boras, angka bohal sipanganon na asing, tuak tangkasan ni luat i. Adong muse do ninna lada, nang pe ndang sadia bahat. Di tingki i, harajaon Pedir marmusu dope ninna maradophon Aceh. Mansai bernit do ninna parniahapan ni Pedir dibahen Aceh. Ndang sadia leleng mandapothon tingki i, harajaon na bongak dope ninna Pedir, huhut maduma sian partiga-tigaan. Bahat hian dope sian angka harajaon naung dihuasoi Aceh tunduk tu Pedir, tarmasuk muse Aeilabu, Lide, dohot Pirada. Sanga do ninna Pedir marhuaso di pintu ni Selat Malaka, margulut dohot Pasai. Harajaon Pedir torus dope martahan sahat tu taon 1510. Huta sabunganna masuk tar hira satonga liga (league manang tolu km) tu julu ni sunge. Sahat tu tingki na manurat barita i (1513) bahat dope halak sileban sian marmassam bangso mian di huta sabungan i. Nang pe dibagasan parmusuon dohot Aceh, hinabongak dohot hinaduma ni Pedir tong dope disi ninna. Naung otik ma ninna dua hopal sataon ro sian Cambay dohot Benggala tu Pedir, sada hopal sian Benua Quelim (Negeri Keling), jala sada sian Pegu. Disi dung marombus alogo laut, migor borhat muse ma ninna bahat yung dohot parau, pola tar 20 bahatna, marisi boras tu Tranggono, Kedah, dohot Barus. Alai dung talu Malaka dibahen Portugis taon 1511, gabe gale nama partiga-tigaan ni Pedir, tarlobi dung monding sultan nasida, Muzaffar Shah. Adong dua anak tadinganna, alai metmet dope. Ala ni i margulut jabatan dohot harajaon ma angka panguaso ni Pedir. Pedir nunga mamahe hepeng. Hepeng metmet digoari ma ceitis, hepeng balga digoari muse ma drama, sian mas. Sada hepeng Portugis (cruzado) marasam ma sia
drama.

Dung Pedir, ima harajaon Pasai (na targoar songon Çamotora manang Sumatra). Pasai tongon ma tutu pajogi bana tingki i (lagi naik daun), ima jalo dung dihuasoi Portugis Malaka. Uju utara ni Pasai, ima harajaon Pirada, jala tungkan daksina ima harajaon Batak (Bata). Harajaon Pasai torus dope sahat tu topi tao uju pastima, ima Laut Hindia. Saudagar sian desa na ualu, asing ni na sian purba, paturo do tu Pasai, songon saudagar Rume [Bizantium?), Turki, Arab, Parsi, Gujarat, Keling, Benggali, Melayu, Jawa, dohot Siam. Alai molo saudagar sian purba tu Malaka do. Ala saudagar sian purba i angka parbarang na bahat ninna, 10 Pasai ndang tolap dope ninna mangalo Malaka. Bahatan pangisi ni Pasai ninna ima pinompar sampuran ni Benggali/Koling dohot halak Pasai asli. Huta sabungan ni Pasai, ima na margoar Sumatra i, 20.000 halak pangisina ninna, jadi nunga tardok balga. Raja Pasai nunga masuk Islam 60 taon lelengna mandapothon taon 1513. Huaso ni raja nigantihonna, na marugamo si
pele begu dope, suda otik-otik digotili angka saudagar na marugamo Islam. Dung ro Islam, mullop ma adat na imbaru: manang ise na barani boi do mamunu raja, asal ma maragama Islam. Molo marhasil, gabe raja ma ibana. Adat on ninna naro do sian Benggala, tingki i mangolu dope adat na songon i di bona pasogit Benggala. Ix Nah, uju daksina ni Pasai ma harajaon Batak (Bata). Uju daksina ni harajaon Batak ma harajaon Aru. Raja ni Batak i ninna margoar ma Raja Tamiang (Tomyam), ra mangihuthon (manang diihuthon) goar ni sada sunge disi na margoar Tamiang, songon na hea dibaritahon halak Portugis naasing, ima Castanheda. Raja Tamiang gabe hela ni Raja Aru do ninna tingki i. Halak Portugis na sada nari muse, ima Pinto, mamaritahon ia Raja ni Batak i ima Raja Timur Raya do goarna. Raja Tamiang manang Timur Raya on nunga marugamo Islam, alai ninna sipata olo dope ibana margapgap di laut (bajak laut). Sada sian hopal na hea digapgap raja on ima Flor de la Mar (Bunga Laut). On ma sada sian opat hopal di bagasan armada na niuluhon ni Gubernur Jenderal Portugis, Alfonso de Albuquerque sian Malaka tu Goa. Tongon tanggal 1 Desember 1511, handas ma armada i uju mandapothon Pasai. Torop do na mate, maluha, jala mago pangisi ni kapal i, jala bahat muse dibuat arta sian i, alai anggo Albuquerque malua do. Negeri Batak mangekspor boras, parbue, tuak, si tuak ni loba, lilin, hapur barus, alai tarlobi ma miak lampu (pitch) dohot “rotan” (rotaã didok pangisi ni luat i). Tontu ndang pola longang iba molo Raja Timur Raya, raja ni Batak i, mamora jala maduma. Na begu muse do raja on ninna, ai barani do ibana marporang mangalo harajaon Pasai, gariada tahe mangalo harajaon ni simatuana, harajaon Aru. Alai, porang na jumotjot ima maralohon angka pangisi ni luat na dinghan bagasan (pedalaman). Tar songon i ma sada hatorangan na mansai arga taringot asal-mula ni halak Batak. Aha lapatan ni hatorangan on tu parsoalanta na di ginjang i?